
Air berbicara dengan cara yang pelan namun pasti. Ia menyapa kita dalam bentuk hujan yang datang tak kenal musim, dalam luapan yang menyelinap di sela jalan kota, dalam sumur yang kian kering, dan dalam udara yang membawa aroma asin laut sambil merambat jauh ke daratan.
Air bukan sekadar zat cair yang mengalir dari keran–ia adalah ingatan bumi, saksi perubahan zaman, sekaligus pertanyaan besar yang diajukan alam kepada manusia.
Sejak mula, sejarah manusia ditulis di tepi air. Di sanalah kota-kota pertama lahir, sawah-sawah tumbuh, dan kebudayaan bersemi. Dan seperti diingatkan oleh Firdaus Ali, begawan air dan pakar lingkungan dari UI, “Sepanjang sejarah, peradaban besar lahir di tepi sungai dan runtuh karena gagal mengelola airnya.