
Latar Belakang
Sebuah serangan udara yang mengejutkan dilancarkan Israel ke tenda-tenda pengungsian di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, pada Minggu (11/5/2025), menewaskan delapan orang, termasuk empat anak-anak berusia dua hingga lima tahun dan dua wanita. Serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah gencatan senjata yang berlangsung selama dua bulan usai ditinggalkan.
Fakta Penting
Menurut juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, jet tempur Israel menargetkan tiga tenda yang menampung puluhan orang terlantar. Serangan tersebut terjadi semalam, dan dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat sipil yang tak bersalah. “Delapan jiwa melayang, termasuk empat anak dan dua wanita,” ujar Bassal, seperti dilansir AFP.
Sementara itu, militer Israel belum memberikan komentar resmi terkait serangan ini. Namun, mereka diketahui telah melanjutkan operasi militer di Gaza sejak 18 Maret lalu, setelah gencatan senjata yang dirundingkan dengan bantuan Mesir.
Dampak
Serangan ini menambah derita masyarakat Gaza yang sudah lama terjebak dalam konflik berkepanjangan. Ribuan orang terpaksa mengungsi ke tenda-tenda pengungsian karena rumah mereka hancur akibat serangan udara dan darat.
“Pemerintah Internasional harus segera bertindak untuk menghentikan kekerasan dan memastikan perlindungan bagi warga sipil Gaza,” ujar seorang aktivis kemanusiaan, yang tidak ingin disebutkan namanya.
Penutup
Serangan ini menjadi pengingat bahwa konflik di Timur Tengah terus memberikan dampak mengerikan bagi masyarakat sipil, terutama anak-anak dan wanita. Sosial politik global dipaksa untuk merefleksikan peran mereka dalam upaya pemeliharaan perdamaian dan pengurangan penderitaan. Apakah dunia siap untuk memberikan solusi yang lebih baik?