Latar Belakang
Jakarta kembali menjadi tuan rumah acara yang menggabungkan budaya dan kelestarian lingkungan. Di Dukuh Atas, Hari Bebas Kendaraan Bermotor (CFD) digelar dengan hentakan ritme Gambang Kromong dan gerakan meriah Barongsai. Acara ini bukan hanya ajang seni semata, tetapi juga upaya DKI Jakarta untuk menghidupkan ruang publik melalui warisan budaya.
Fakta Penting
Selain menjadiomentum untuk melestarikan budaya tradisional, acara ini juga menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong mobilitas yang lebih ramah lingkungan. Gambang Kromong, alat musik khas Betawi, dan Barongsai, tarian yang berasal dari Trung Kiu, menjadi simbol harmonisasi budaya lokal danasing.
“CFD bukan hanya tentang mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, tetapi juga tentang membangun koneksi sosial melalui budaya,” kata sumber terpercaya di DKI Jakarta.
Dampak
Acara ini tidak hanya meriahkan Dukuh Atas, tetapi juga menjadi contoh bagaimana budaya dapat menjadi alat untuk menghidupkan ruang publik. Peserta dan pengunjung terlihat antusias menyaksikan pertunjukan, dengan sejumlah warga mengabadikan momen melalui kamera dan ponsel.
Selain itu, acara ini juga menjadi bagian dari upaya DKI untuk mempromosikan Jakarta sebagai kota yang ramah budaya dan ramah lingkungan.
Penutup
Gambang Kromong hingga Barongsai tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga menjadi jembatan untuk memperkuat identitas budaya Jakarta. Dengan acara seperti ini, DKI menunjukkan bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga bagian integral dari kota yang modern dan berkelanjutan. Apakah ini pertanda bahwa budaya akan semakin diperkuat dalam kebijakan kota? Hanya waktu yang akan memberikan jawaban.











