
Dalam dua hari berturut-turut, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan peringatan yang sama: jangan main-main dengan pangan rakyat. Dari Solo hingga Klaten, dua pidato berturut yang ditujukan langsung kepada Jaksa Agung dan Kepolisian menunjukkan bahwa presiden tidak lagi bersabar menghadapi para pelaku usaha yang mempermainkan distribusi beras.
Praktik pengoplosan beras, di mana beras subsidi dicampur lalu dikemas ulang dan dijual sebagai beras premium, dianggapnya bukan hanya pelanggaran hukum biasa, tetapi sebagai bentuk pengkhianatan terhadap bangsa dan rakyat.
Presiden tidak berhenti pada narasi hukum. Ia juga menyebut fenomena ini sebagai bagian dari penyakit sistemik: keserakahan ekonomi yang menjadikan rakyat kecil sebagai objek eksploitasi. Istilah yang digunakan pun lugas dan politis: serakahnomics . Sebuah sindiran tajam terhadap pola pikir ekonomi yang menghalalkan segala cara untuk mengejar margin, bahkan dengan mengorbankan keadilan sosial.