
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia mengalami tren yang cukup mengkhawatirkan: kontribusi sektor industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun-dari sekitar 21,08 persen pada 2014 menjadi hanya 18,67 persen pada 2024. Ini bukan sekadar statistik. Ini adalah sinyal peringatan bahwa Indonesia tengah berada di jalur deindustrialisasi dini (premature deindustrialization), yaitu kondisi ketika negara-negara berkembang kehilangan sektor manufakturnya sebelum sempat menikmati manfaat penuh dari industrialisasi. Hal ini menghambat pertumbuhan karena manufaktur merupakan sektor kunci yang mendorong produktivitas, menyerap tenaga kerja besar, dan mendukung ekspor. Deindustrialisasi dini bisa merenggut peluang kemajuan sebelum negara ini benar-benar matang dan kuat secara fundamental ekonomi (Rodrik, 2016).
Namun, di balik peringatan itu tersimpan peluang besar. Ketika struktur ekonomi lama mulai menunjukkan batas-batasnya, saatnya kita menata ulang arah pembangunan nasional, bukan dengan pendekatan administratif tambal sulam, melainkan dengan agenda strategis: membangun kembali basis industrialisasi Indonesia secara menyeluruh, berdaulat, dan berkelanjutan.
Revitalisasi Industri