
Kita tidak sedang menghadapi hoax biasa. Kita sampai pada senjata baru dalam perang identitas. Dalam konflik mazhab, dalam radikalisasi berbasis agama, deepfake bisa menjadi percikan api yang tak bisa dipadamkan.
Bayangkan seseorang membuka gawai dan menyaksikan video seorang ulama terkenal sedang berkata, “Bunuh mereka. Mereka kafir. Darah mereka halal.”
Wajahnya tak asing. Suaranya meyakinkan. Kutipan ayat mengalir lancar dari bibirnya. Video itu segera dikirim ke grup keluarga, komunitas pengajian, dan menyebar ke ratusan kanal Telegram dalam hitungan jam. Lalu bom meledak!